Senin, 19 September 2011

TOKOH, PERKEMBANGAN AL-ASY’ARIYAH DAN AJARANNYA

A. TOKOH-TOKOH AL-ASY‘ARIYAH DARI GENERASI KE GENERASI
  1. Nama lengkap Al-Asy’ariyah adalah Abu Al-Hasan bin Isma’il bin Ishaq bin Salimbin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ary. Menurut beberapa riwayat, Al-Asy’ary lahir di Basrah pada tahun 260 H/878 M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324 H/395 M. dan beliau merupakan pendiri paham Asy’arisme.
  2. Al-Baqilani (w. 401 H.) yang oleh sementara ahli dianggap sebagai pendiri kedua Asy’arisme. Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn al-Tayyib ibn Muhammad Abu Bakr al-Baqilani. Wafat tanggal 23 Zul Qa’dah 403 H/ 1013 M di Baghdad. Ia pernah menjadi hakim agung dan menonjol dalam berbagai pertemuan ilmiah, terutama dalam pembahasan usul fiqh dan ilmu kalam. Karya tulisnya sebanyak 55 kitab, namun yang dapat dijumpai hanya 6 kitab, yaitu al-Izaz al-Qur’an; Tamhid; al-Insaf; yang berisi petunjuk singkat pandangan aliran Sunni dan rincian bahasan tentang al-Qur’an tidak diciptakan, qadr, melihat Tuhan dan syafa’at. Manaqib, berisi pembelaan Sunni pada kedudukan pemimpin. Intinsar yang membahas kedudukan lafaz al-Qur’an. Dan al-Bayan yang membahas kenabian. Dari karya al-Baqilani mendapat gambaran yang jelas tentang perkembangan ilmu kalam Asy’ariyah, serta pemikiran pendahulunya seperti Ibn Furak, Abu Ishaq al-Isfarani dan al-Asy’ari sendiri. Kitab al-Luma’ karya al-Asy’ari menjadi jelas setelah disusun ulang oleh al-Baqilani. Ibn Taimiyyah menyebut al-Baqilani sebagai ahli ilmu kalam Asy’ariyah yang paling cemerlang, pembuka cakrawala pendahulu dan para pengikutnya.
  3. Al-Juwayni (w. 478 H.), yaitu guru dari Imam al-Ghazali. Nama lengkapnya adalah Abd al-Malik ibn Abdullah ibn Yusuf ibn Muhammad ibn Hayyuyah al-Juwaini. Ia lahir di Basitiskan, salah satu wilayah Khurasan, Persia tanggal 18 Muharram 419 H, dan wafat di daerah kelahirannya pada malam Rabu 25 Rabi’ al-Akhir 478 H. Tentang sebutan al-Juwaini diambil dari nama kota Jumain atau Kuwain yang terletak antara Bastam dan Naisabur, dan merupakan kebiasaan para sejarawan nama tokoh-tokoh tertentu dengan tempat kelahirannya, tempat menetap atau tempat wafatnya. Selain itu, ia juga bergelar al-Ma’ali, karena ilmunya mengenai masalah-masalah ke-Tuhanan (teologi) dipandang cukup mendalam dan kesungguhannya ke arah kejayaan agamanya. Kepandaian berargumentasi dalam mengungguli mitra dialognya dalam usaha menegakkan kebenaran dan membasmi kebatilan. Ia juga bergelar Imam Haramain, karena ia pernah menetap dan mengajar di Makkah dan Madinah, mendebat lawan-lawan serta memperkokoh sendi-sendi agama. Ia juga disebut Diya’uddin, karena ia mempunyai kelebihan dalam “menerangi” hati dan pikiran para pembela aqidah Islamiyah, dan karena itu tokoh-tokoh Ahl al-Sunnah dapat menangkis serangan dari para pengikut “golongan sesat” yang telah terjerumus dalam kesesatan. Adapun karya-karyanya tercatat berjumlah 27 kitab yang meliputi berbagai bidang, antara lain : fiqh, usul fiqh, pertentangan pendapat, tata cara tukar pikiran, aqidah, dan sebagainya. Dalam bidang aqidah, seperti kitab : Al-Irsyad ilaa Qawa’id al-Adillah fi Usul al-I’tiqad, Risalah fi Usul al-Din, al-Aqidah al-Nizamiyah, dan Lam’u al-Adillah fi Qawa’id Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah.
  4. Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali al-Thusi yaitu seorang yang asli dari Persia. Dia dilahirkakn pada tahun 450 H./1058 M. di Thus, sebuah kota kecil Khurasan, dan disini pula dia wafat dan dikuburkan pada tahun 505 H./1111 M. Setengah abad dari usia al-Ghazali dilaluinya dalam abad ke 5 H. hanya lebih kurang lima tahun dia sempat mereguk udaraabad berikutnya. Itulah masa hidup al-Ghazali yang dihabiskannya beberapa lama di Khurasan, Baghdad dan di Damaskus, al-Quds, Mekah, Mdinah dan tempat-tempat lain (tempat persinggahannya dalam pengembaraanya yang panjang untuk memenuhi tuntutan spiritualnya).

B. PERLUASAN PENGARUH AL-ASY‘ARIYAH
Selama sebelas abad dalam sejarahnya, aliran ini telah mengalami pasang surut dalam penyebarannya dan berfariasi dalam doktrinnya. Aliran ini muncul setelah Abu Al-Hasan Al-Asy’ary memaklumkan dirinya keluar dari Muktazilah, yang dianutnya sampai berusia 40 tahun, dan merumuskan sebuah teologi baru. Sejak saat itu, banyak umat Islam mengikutinya, karena dianggap sebagai suatu bentuk kesinambungan dari paham ortodoks, yang dianut mayoritas umat Islam.
Setelah Asy’arisme mendapat dukungan politik dan lembaga pendidikan, dua pranata sosial yang sangat besar peranannya dalam menyebarkan suatu ide, maka aliran ini dapat berkembang pesat. Dari segi poitik, dukungan pertama diperoleh dari Bani Saljuk yang berhasl menggulingkan Bani Buwayah pada tahun 1055 M. dan berkuasa di Baghdad sampai 1117 M. Akibatnya, aliran ini berkembang pesat di wilayah Irak dan Iran. Di wilayah Syria dan Mesir, penyebaran Asy’arisme mendapat dukungan politis dari Bani Ayyub, yang berkuasa di khawasan ini tetap sependapat dalam hal-hal yang dianggapnya sebagai agama yang harus diikuti.
Tahun 935 M al-Asyari wafat. Perjuangannya memperkuat paham Ahlus Sunnah wa al-Jamaah dilanjutkan oleh murid-muridnya. Di antarannya adalah al-Juwaini, al-Ghazali, dan al-Sanusi. Tahun 1028 M lahir seorang tokoh Asyariyah bernama Abdul Malik bin Abdu Hah bin Yusuf bin Muhammad bin Abdullah bin Hayyuwiyah al-Juwaini al-Nisaburi, atau yang dikenal dengan Al-Juwaini. Ia menjadi pengajar di Madrasah Nizamiyah Nisyapur selama 23 tahun. Madrasah ini menjadikan teologi Islam aliran Asyariyah sebagai kurikulum resmi. Salah satu murid Al-Juwaini yang terkenal adalah Al-Ghazali
Tahun 1058 M. lahir Abu Hamid al-Ghazali, yang kemudian menjadi pembela aliran Asyariyah paling berpengaruh sepanjang sejarah pemikiran Islam. Al-Ghazali juga pernah menjadi guru di Madrasah Nizamiyah. Sejak saat itu aliran Asyariyah menyebar ke seluruh pelosok dunia Islam, dari Andalusia hingga Indonesia.
Tahun 1067 M Nizam al-Mulk, Perdana Menteri Dinasti Seljuk, mendirikan Madrasah Nizamiyah. Madrasah ini memiliki cabang di berbagai kota penting dalam wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.Tahun 1427 M. lahir tokoh Asyariyah yang lain, yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf as-Sanusi. Imam yang satu ini, punya pengaruh yang besar di Indonesia, terutama konsepnya tentang sifat Allah dan Rasul-Nya.

C. ANALISA TERHADAP AJARAN AL-ASY‘ARIYAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAJUAN ISLAM
Metode yang dipergunakan Asy’ary berbeda dengan aliran Muktazilah dan Salaf, dan bisa dilatakan sebgai sintesa antara keduanya. Al-Asy’ary mengambil yang baik dari metode rasional Muktazilah dan tekstula Salafisme, sehingga dai mempergunakan akal dan naqal secara seimbang : mempergunakan akal secara maksimal tetapi tidak sebebas Muktazilah dalam mempergunakannya, dan menggunakan naqal dengan kuat tetapi tidak seketat Salafisme dalam menolak akal untuk menjamahnya.
Formulasi pemikiran Al-Asy’ary, secara esensial, menampilkan sebuah upaya sintesis antara formulasi ortodoks ekstrim disatu sisi dan Muktazilah di sisi lain. Dari segi etosnya, pergerakan ini memiliki semangat ortodoks. Aktualitas formulasinya jelas menampakan sifat yang reaksionis terhadap Muktazilah, sebuah reaksi yang tidak dapat dihindarinya.
Diantara ajaran-ajaran dari Al-Asy’ariyah yaitu mengenai :
1.Tuhan dan sifat-sifatnya
Allah memiliki sifat-sifat seperti yang disebutkan dalam al-qur’an dan hadits Nabi, sepeti mempunyai tangan dan kaki dan tidak bleh diartikan secara harfiah, melainkan secara simbolis. Sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip. Sifat-sifat Allah berbeda dengan Allah sendiri, tetapi sejauh menyangkut realitasnya (haqiqah) tidak terpisah dari esensi-Nya.
2. Kebebasan dalam berkehendak
Mereka membedakan antara khalid dan kasb. Menurutnya, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (mukhtasib). Hanya Allah-lah yang mampu menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan manusia).
3. Akal dan wahyu dan keriteria baik dan buruk
Mereka mengutamakan wahyu. Dalam menentukan baik dan buruk, mereka berpendapat bahwa segala baik dan buruk harus berdasarkan wahyu.
4. Qadimnya al-qur’an
Mereka mengatakan bahwa walaupun al-qur’an terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak qadim.
5. Melihat Allah
Mereka yakin bahwa Allahdapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat digambarkan. Kemungkinan ru’yat dapat terjadi manakala Allah sendiri yang menyebabkan dapat dilihat atau bilamana Ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihat-Nya.
6. Keadilan
Pada dasarnya mereka berpendapat bahwa Allah itu adil. Tapi Allah tidak memiliki keharusan apapun karena Ia adalah penguasa mutlak.
7. Kedudukan orang berdosa
Pendapat mereka bahwa mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tiadk mungkin hilang karena dosa, kecuali kufr.
Dijelaskannya bahwa ushuluddin atau pokok agama itu ada empat, yaitu mengenai At-tauhid yaitu mengakui satu Tuhan yakni Allah SWT. An-nubuwah yaitu Nabi Muhammad itu adalah Rasul Allah dan merupakan Nabi penutup para Nabi. Al-mi’ad yaitu keyakinan tentang adanya hari akhir dengan segala persoalan-persoalan yang tersebut dalam qur’an seperti hisiab, mizan, kitabah, adanya shirat, dan adanya surga dan neraka. Dan yang terakhir mengenai perintah yang tegas, yang wajib dikerjakan (amar) dan adanya larangan yang tegas yang harus dijauhkan (nahi).
Semua persoalan di atas tidak dibantah oleh satu mazhab pun juga, baik oleh ahli sunnah wal jama’ah maupun Syi’ah karena semua itu termasuk ushuluddin.

Sabtu, 14 Mei 2011

OPINI KURIKULUM

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS SEJARAH DAN SKILL
A. PENDAHULUAN
Arti pokok yang terkandung di dalam beberapa definisi pendidikan adalah bahwa proses pendidikan itu mengandung “pengarahan” ke arah tujuan tertentu. Pendidikan adalah kebutuhan primer bagi kelangsungan hidup manusia. Karena pendidikan dapat membantu manusia dalam mengembangkan dan memajukan kehidupannya, bahkan dengan pendidikan suatu kelompok/golongan dapat mencapai kesuksesan dan memajukan peradabannya.
Bahkan Islam telah memberikan tempat yang sangat khusus terhadap ilmu dan kepada orang-orang yang berilmu, seperti firman Allah dalam Q.S. al-Mujadilah ayat 11, yang
Artinya :” wahai orang-orang yang beriman! Apabila diaktakan kepadamu”berilah kelapangan dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan bagimu. Dan apabila dikatakan, “berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (drajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa-apa yang kamu kerjakan.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang membahas tentang pentingnya ilmu itu untuk dicari dan dipelajari. Rasulullah juga menegaskan dalam sabdanya :”tuntutlah ilmu mulaidari buaiyan (kanak-kanak) sampai sampai keliang lahat (ajal tiba)”. Begitu pentingnya peran pendidikan dalam mengembangkan diri, masyarakat, agama, dan memajukan peradaban bangsa dan negara.
Dan untuk meningkatkan suatu pendidikan, kita butuh dengan berbagai pengalaman yang telah terjadi di masa lampau agar segala kemajuan yang pernah ada di masa lalu kita bisa ulangi lagi di masa sekarang dan akan dating dan kegagalan-kegagalan yang sempat terjadi di masa lampau kita tidak ulangi di masa sekarang dan akan datang.
Kita bisa mengetahui baik dan buruknya sesuatu karena baik dan buruk itu pernah terjadi di masa lalu dan orang bisa belajar hidup juga dari adanya sejarah/sesuatu yang telah terjadi pada masa lalu. Segala bentuk perkembangan dan kesuksesan, baik itu yang berupa sains, filsafat, kepemerintahan maupun agama sudah pernah terjadi pada masa lalu. Dengan mengetahui dan mempelajari kejadian yang terjadi di masa lampau itu, kita dapat memahami sebab-sebab kemajuan dan kemunduran peradaban suatu bangsa. Ada pepatah yang mengatakan “ Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah atau Belajarlah dari sejarah”, bahkan ada yang mengatakan bahwa “guru yang terbaik adalah pengalaman atau sejarah”. Dan pemahaman tersebut dapat kita jadikan sebagai alat berpijak untuk mengembangkan pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan dating, khususnya dalam pendidikan Islam dengan mengambil sesuatu yang baik dan membuang kesalahan-keslahan yang pernah terjadi di masa lampau.
Setiap manusia memiliki keterampilan dan kemampuan atau orang bisa menyebutnya dengan skill yang berbeda-beda. Skill merupakan suatu keterampilan, yaitu kemampuan dan pengetahuan yang memampukan seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan mengatasi berbagai masalah dalam hidupnya sehari-hari.
Dan berangkat dari berbagai hal tadi, dengan pengaplikasian “Kurikulum Pendidikan Islam Berbasis Sejarah dan Skill” para pendidik bisa mebimbing potensi dan skill yang ada pada siswa/peserta didik untuk bisa mengarah pada hal-hal (kemajuan dan kesuksesan) yang pernah terjadi pada masa lalu tadi.


B. PENDIDIKAN DAN MANFAATNYA DALAM MEMBANGUN PERADABAN BANGSA
1. Pengertian Pendidikan Islam
Untuk mengetahui apa itu pendidikan Islam, terlebih dahulu kita ketahui tentang pengertian pendidikan dan pengertian Islam. Karena pendidikan Islam berasal dari dua suku kata tadi, yaitu pendidikan dan Islam.
Pendidikan dimaknai sebagai upaya penanaman nilai-nilai dalam keseluruhan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam kamus bahasa Indonesia 1991, pengertian pendidikan adalah berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi mendidik yang berarti memelihara dan memberi latihan. Dalam memelighara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Menurut Mortimer J. Adler, seperti yang dikutip oleh Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed., bahwa pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistic dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.
Dalam Undang-Undang Repoblik No.20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), BAB I (Ketentuan Umum) Pasal I, menjelaskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut GBHN, pendididkan adalah pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya sereta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
Islam berasal dari kata salama yang berarti patuh atau menerima, berakar dari huruf sin-lam-mim. Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela dan tidak bercacat. Dari kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri). Dari uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa arti yang terkandung dari kata Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan.
Dalam kamus ilmiah, Islam adalah damai, tentram, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., dengan kitab suci al-Qur’an. Jadi, islam adalah suatu ajaran, kepercayaan atau agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad yang bertujuan untuk membawa kesejahteraan dan keselamatan bagi pemeluknya pada khususnya dan bagi semua alam pada umumnya yang bersumber pada wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad yaitu al-Qur’an.
Beranjak dari beberapa pengertian pendidikan dan pengertian Islam di atas, dapat diuraikan bahwa “pendidikan Islam” adalah proses untuk membentuk individu sesuai dengan ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan hadits agar individu dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, dan lebih lanjut dapat mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan menurut M. Yusuf al-Qardhawi, beliau menjelaskan dengan lebih terperinci bahwa “pendidikan Islam” adalah pendidikan manusia seutuhnya, yaitu akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlaq dan keterampilannya. Karena itu Islam menyiapkan manusia untuk kehidupan baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk mengahadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Dan menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam secara keseluruhan. Karena itu, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam. Secara umum, tujuan pendidikan Islam yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dan dalam konteks sosial-masyarakat, bangsa dan negara- maka pribadi yang bertaqwa tadi menjadi rahmatan lil‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalm Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir dalam pendidikan Islam.
Selain tujuan secara umum di atas, terdapat pula tujuan pendidikan Islam secara khusus, yaitu tahap-tahap penguasaan peserta didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pemikiran, perasaan, kemauan, intuisi, keterampilan, atau denga istilah lain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari tahap-tahap inilah kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan pendidikan islam yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan sistem evaluasi.
3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipal diletakan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh prangkat kebudayaannya. Dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang paling utama adalah al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an yang memberikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, dan memelihara kebutuhan sosisal serta sebagai rujukan dalam berbagai macam kehidupan di muka bumi.
Selanjutnya, dasar pendidikan Islam adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran yang ada pada al-Qur’an dan Sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia. Dengan dasar ini, maka pendidikan Islam dapat diletakan dalam kerangka sosiologis, selain menjadi sarana transmisi pewarisan kekayaan sosial budaya yang positif bagi kehidupan manusia.
Kemudian yang terakhir adalah warisan pemikiran Islam juga merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam. Dalam hal ini yaitu hasil pemikiran dari para ulama, filosof, cendikiawan muslim, khususnya dalam pendidikan menjadi suatu rujukan penting dalam pengembangan pendidikan Islam. Karena pemikiran mereka pada dasarnya merupakan refleksi dari ajaran-ajaran pokok Islam. Terlepas dari hasil refleksi itu apakah berupa idealisasi atau kontekstualisasi ajaran-ajaran Islam, yang jelas warisan pemikiran Islam ini mencerminkan dinamika Islam dalam menghadapi kenyataan-kenyataan kehidupan yang terus berubahdan berkembang. Karena itu, warisan pemikiran Islam tersebut dapat diperlakukan secara positif dan kreatif untuk mengembangkan pendidikan Islam.


C. PERAN KURIKULUM TERHADAP KEMAJUAN PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Kurikulum
Ada banyak macam difinisi yang diberikan tentang kurikulum. Umumnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggungjawab para pendidik, sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Dalam kamus ilmiah, kurikulum sama dengan rencana pelajaran. Menurut Marvin D. Alcom dan James M. Linely, kata kurikulum muncul pertama pada kamus Webster pada tahun 1856, yang digunakan dalam bidang olahraga, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta mulai awal sampai akhir atau mulai start sampai finish. Kemudian pada tahun 1955 kata kurikulum muncul dalam kamus tersebut, khusus digunakan dalam bidang pendidikan yang artinya sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus di tempuh untuk mencapai suatu tingkat tertentu.
Dan menurut Carter V. Good dalam Dictionary of Education seperti yang dikutip oleh M. Zaini menyebutkan bahwa kurikulum adalah sejumlah materi pelajaran yang harus ditempuh dalam suatu mata pelajaran atau disiplin ilmu tertentu, seperti kurikulum bahasa Arab, kurikulum bahasa inggris atau kurikulum pendidikan agama.
Dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Lebih lanjut lagi, sejumlah para ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kurikulum formal juga kegiatan yang tak formal. Yang terakhir ini sering disebut dengan ko-kurikulum atau ekstra-kurikuler.
Kurikulum formal meliputi :
a. Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
b. Bahan pelajaran yang tersusun secara sistematik.
c. Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
d. Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu. Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum formal. Yang termasuk kurikulum tak-formal ini antara lain : petunjuk sandiwara, pertandingan antar kelas, atau antar sekolah, perkumpulan berbagai hobby, pramuka dan lain-lain.
Dan ada lagi yang harus diperhitungkan yaitu kurikulum “tersembunyi” (hidden curriculum). Kurikulum ini antara lain berupa aturan tak tertulis di klangan siswa, misalnya “harus kompak terhadap guru” yang turut mempengaruhi suasana pengajaran dalam kelas. Kurikulum tersembunyi ini dianggap oleh kalangan tertentu tidak termask kurikulum karena tidak direncanakan.
Salah satu pegangan dalam pengembangan kurikulum adalah prinsip-prinsip yang telah dikemukakan oleh Ralph Tyler (1949). Ia mengemukakan kurikulum ditentukan oleh empat factor atau asas utama, yaitu :
a. Falsafah bangsa, masyarakat,sekolah dan guru-guru (aspek filosofis).
b. Harapan dan kebutuhan masyarakat (orang tua, kebudayaan masyarakat, pemerintah, agama, ekonomi dan sebagainya) (aspek sosiologis).
c. Hakikat anak antara lain taraf perkembangan fisik, mental psikologis, emosional, sosial serta cara anak belajar (aspek psikologis).
d. Hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu (bahan pelajaran).
2. Fungsi dan Tujuan Kurikulum
a. Bagi Sekolah
Sebagai alat untuk mencapai tujuan atau kompetensi pendidikan yang didinginkan. Dan sebagai pedoman kegiatan pendidikan secara menyeluruh.
b. Bagi Peserta Didik
Sebagai organisasi pembelajaran merupakan persiapan bagi individu peserta didik.
c. Bagi Pendidik
Sebagai pedoman kerja dalam menyususn dan mengorganisir pengalaman belajar para peserta didik. Dan merupakan pedoman untuk melakukan assesmen terhadap peserta didik setelah diselesaikannya proses pembelajaran tertentu.
d. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai pedoman dalam memperbaiki situasi dan kondisi belajar yang lebih baik, sebagai pedoman dalam memberikan antuan kepada pendidik untuk menciptakan dan memperbaiki proses pembelajaran. Dan sebagai pedoman untuk evaluasi terhadap kemajuan belajar peserta didik dan sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum pada masa yang akan datang.
e. Bagi Orang Tua
Agar dapat memberikan bantuan kepada pihak sekolah auntuk tercapainya target kurikulum yang telah dirancang oleh pihak sekolah.
f. Bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan (stake holders)
Agar dapat memberikan kontribusi dalam memperlancar jalannya proses pembelajaran, yang membutuhkan kerjasama dengan masyarakat. Masyarakat juga dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif untuk menyempurnakan program pendidikan di sekolah.
3. Konsep Kurikulum
Kurikulum merupakan daerah studi intelek yang cukup luas. Banyak teori tentang kurikulum. Beberapa teori menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar filosofis, dan pada konsep-konsep yang yang diambil dari ilmu prilaku manusia. Ini menunjukan betapa luasnya teori-teori tentang kurikulum. Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pda situasi pendidikan dan pada organisasi kurikulum.
Penekanan kepada isi kurikulum. Strategi pengembangan yang menekankan isi, merupakan yang paling lama dan banyak dipakai, tetapi juga terus mendapat penyempurnaan atau pembaharuan. Sebab-sebab yang mendorong pembaharuan ini bermacam-maca. Pertama, karena didorong oleh tuntutan untuk menguatkan kembali nilai-nilai moral dan budaya dari masyarakat. Kedua, karena perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan. Ketiga, karena adanya tuntutan bahwa kurikulum harus lebih berorientasi pada pekerjaan.
Penekanan pada situasi pendidikan. Tipe kurikulum ini lebih menekankan pada masalah di mana (where), bersifat khusus, sangat memperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungannya. Tipe ini akan menghasilkan kurikulum berdasarkan situasi-situasi lingkungan, seperti kurikulum pedesaan, kurikulum kelompok masyarakat nelayan, kurikulum daerah pesisir, pegunungan dan sebagainya. Tujuannya menghasilkan kurikulum yang benar-benar merefleksikan dunia kehidupan dari lingkungan anak.
Penekanan pada organisasi. Tipe kurikulum ini sangat menekankan pada proses belajar-mengajar. Meskipun dengan berbagai perbedaan dan di sana sini ada pertentangan, umpamanya antara konsep sistem intruksional (pengajaran berprogram, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan komputer) dengan konsep pengajaran (perkembangan) dari Bruner dan Jean Piaget, keduanya sangat mempengaruhi perkembangan kurikulum tipe ini.

D. PERAN SEJARAH DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN ISLAM
Salah satu yang mengesankan dalam sendi-sendi peradaban Islam adalah pendidikan seumur hidup (life-long education) yang terukir dalam sejarah sekaligus dalam sabda Rasul saw., : “carilah ilmu dari sejak bayi sampai ke liang lahat”. Islam menempatkan ilmu dalam tempat khusus dan memberi nilai lebih terhadap ilmu (the value of knowledge). Saksinya adalah ratusan hadits dan ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan ilmu. Hal itu juga masih diperkuat oleh “sejarah”.
Mantan president America Serikat, Abraham Lincoln, pernah berkata; “ One Cannot Escape History.” (orang tidak dapat menghindar dari sejarah). Dan dipertegas oleh mantan president Indonesia, Ir. Soekarno; “Bukan saja tidak mungkin menghindar dari sejarah, tetapi jangan sekali-kali kita meninggalkan sejarah.”
1. Pengertian Sejarah
Dalam kamus bahasa Indonesia, sejarah diartikan sebagai asal-usul, silsilah, kisah, riwayat, atau peristiwa. Dalam bahasa Arab, sejarah disebut “tarikh” , artinya “ketentuan masa”. Selain itu kata tarikh juga dipakai dalam ketentuan tahun. Dalam bahasa Inggris, sejarah disebut “history” yang berarti the devolepment of everything in time (perkembangan segala sesuatu dalam suatu masa). Lebih jelas lagi, sejarah adalah menyangkut “hal-hal” pada “masa lampau”. Dalam kamus-kamus bahasa Inggris dijelaskan bahwa sejarah adalah event in the past (peristiwa-peristiwa masa lampau).
Pada umumnya, sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Dan melingkupi tentang pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.
2. Hikmah Sejarah
Allah banyak menerangkan masalah sejarah dalam kitabnya (al-Qur’an) dan manfaat sejarah dalam kehidupan kita, diantaranya adalah dalam surat Yusuf, ayat 111 : artinya:”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.”
Pokok persoalan sejarah senantiasa akan sarat dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat. Oleh sebab itu, menurut Sayyid Quthub “sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.
Sejarah, yang membahas peristiwa-peristiwa masa lalu, jagan diremehkan dan dibiarkan lewat seiring berlalunya waktu. Sebab begitu besar makna sejarah bagi kehidupan manusia. Orang-orang bijak, pemikir, pendidik dan pemimpin sangat menghargai arti sejarah. Mencengankan sekali ucapan mereka jika kita mau menghayati dan meresapi kata-kata bijak mereka seperti “ jangan sekali-kali meninggalkan sejarah atau sejarah tak hanya pengetahuan, tapi juga menyangkut kesadaran.” Dan betapa pula makna yang dapat ditarik dari nasihat “belajarlah dari sejarah”. Demikianlah kata-kata mutiara yang dapat mengingatkan kita akan makna sjarah.
Secara umum sejarah mengandung kegunaan yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan dan perkembangan umat manusia. Sumber utama ajaran Islam (al-Qur’an) mengandung cukup banyak nilai-nilai kesejarahan, yang langsung maupun tidak langsung mengandung makna yang besar, pelajaran yang sangat tinggi dan pimpinan utama, khususnya bagi umat Islam.









E. SKILL
1. Pengertian Skill
Skill dalam bahasa indonesianya adalah keterampilan, yaitu kemampuan dan pengetahuan yang memampukan seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan mengatasi berbagai masalah. Skill juga dapat berarti kemampuan untuk mengoprasikan sesuatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar.
2. Macam-Macam Skill
Menrut Robbins (th. 2000), menyatakan bahwa keterampilan (skill) dapat dikategorikan menjadi empat macam, yaitu :
a. Basic literacy skill, adalah keahlian dasar, merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang seperti membaca, menulis dan mendengar.
b. Technical skill, adalah keahlian teknik, merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki seperti menghitung secara tepat, mengoprasikan computer.
c. Interpersonal skill, adalah keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja atau teman bermain seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas, dan bekeja dalam satu team.
d. Problem solving, adalah menyelesaikan masalah yaitu proses aktifitas untuk menajamkan logika, berargumentasi dan menyelesaikan maslah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternative dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang paling baik.

F. KESIMPULAN
Pendidikan Islam bertujuan untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dan dalam konteks sosial-masyarakat, bangsa dan negara- maka pribadi yang bertaqwa tadi menjadi rahmatan lil‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dengan mengetahui dan mempelajari sejarah, kita dapat memahami sebab-sebab kemajuan dan kemunduran peradaban suatu bangsa. Ada pepatah yang mengatakan “ Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah atau Belajarlah dari sejarah”, bahkan ada yang mengatakan bahwa “guru yang terbaik adalah pengalaman atau sejarah”. Dan pemahaman tersebut dapat kita jadikan sebagai alat berpijak untuk mengembangkan pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan dating, khususnya dalam pendidikan Islam dengan mengambil sesuatu yang baik dan membuang kesalahan-keslahan yang pernah terjadi di masa lampau.
Skill merupakan suatu keterampilan, yaitu kemampuan dan pengetahuan yang memampukan seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan mengatasi berbagai masalah dalam hidupnya sehari-hari.
Jadi, pendidikan adalah suatu yang sangat penting Kurikulum Pendidikan Islam Berbasis Sejarah dan Skill (KPIBSS) adalah suatu perencanaan pembelajaran yang dirancang oleh para pendidik dan atau lembaga pendidikan untuk mengarahkan potensi, bakat dan skill yang dimiliki oleh peserta didik dengan jalan memahami terlebih dahulu tentang sejarah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh pesrta didik.