Sabtu, 03 Oktober 2009

B. Iman Dalam Kehidupan Kekhalifahan
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah saw berkata, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian bertanggungjawab terhadap orang yang dipimpinnya”. Redaksi yang dipotongkan dari hadis agak panjang ini menunjukkan bahwa Islam menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah kepemimpinan. Bahkan dalam skala yang paling kecil sekali pun, yakni keluarga. Lalu, jika di dalam keluarga saja sudah harus ada pemimpinnya, konon lagi dengan masyarakat dan bangsa. Inilah yang kemudian dijadikan dasar oleh para ulama yang menegaskan kewajiban adanya pemimpin dalam masyarakat Muslim. Bahkan, andaikata pun tidak ada hadis ini, umat manusia tetap membutuhkan pemimpin. Sebab, sejarah umat manusia membuktikan bahwa, di belahan dunia manapun, sepanjang di situ terdapat suatu komunitas, pasti mereka membutuhkan pemimpin.
Istilah Imam (pemimpin) lazimnya digunakan dalam dua hal: Imam dalam shalat, dan Imam dalam kehidupan sosial-politik. sebagaimana halnya kepemimpinan dalam bidang sosial-politik, kepemimpinan dalam shalat pun mempunyai syarat-syarat tertentu. Menurut Rasulullah saw, imam shalat haruslah orang yang paling takwa di antara orang-orang yang akan melaksanakan shalat saat itu. Jika saat itu ada beberapa orang yang memiliki ketakwaan setara, maka seleksi berikutnya ditentukan oleh bacaan mereka. Artinya, yang harus menjadi imam adalah orang yang paling baik bacaannya. Jika dalam bidang yang satu ini masih terdapat kemampuan yang setara, maka yang dipilih adalah yang paling senior. Untuk sahnya shalat berjama`ah syarat-syarat tersebut harus dipatuhi. Sayangnya, dewasa ini kaum Muslim sering mengabaikannya. Dalam salat Jum`at, misalnya, pengurus masjid lebih mengutamakan kecakapan berkhutbah seorang imam daripada syarat-syarat di atas.
beralih pada kepemimpinan sosial-politik. Jika imam shalat berfungsi membawa jama`ah menuju shalat yang sempurna, maka kepemimpinan siosial-politik pun demikian. Ia harus membawa masyarakatnya menuju kehidupan yang terus meningkat dan semakin baik. Yakni, menuju ke depan (‘amam). sang pemimpin adalah orang pertama yang harus memberi teladan ke arah itu. keinginan bagi terwujudnya suatu masyarakat yang bersih dari korupsi, misalnya, harus dimulai dari diri para pemimpin.
Di sinilah masyarakat atau rakyat dituntut kepandaiannya dalam memilih pemimpin mereka, khususnya ketika mereka memiliki kesempatan untuk melakukan pemilihan langsung. Rakyat harus benar-benar memilih pemimpin yang bersih, dan itu dapat mereka lihat dari track record para calon pemimpin mereka. Karena fungsinya adalah membawa ummat (masyarakat, rakyat) menuju ke depan, maka seorang pemimpin berfungsi sebagai uswah (teladan) bagi orang-orang yang dipimpinnya. Artinya, jika dia harus membawa orang-orang yang dipimpinnya itu menuju perkembangan yang lebih baik, maka dia harus menjadi teladan tentang bagaimana menjadi orang yang baik.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kaum Muslim sering melakukan kesalahan dalam memilih pemimpin. Pertama, mereka tidak mengerti tentang syarat-syarat bagi seorang pemimpin. Kedua, tidak ada orang yang memenuhi syarat untuk dipilih menjadi pemimpin, sehingga mereka terpaksa memilih dari yang ada, atau memilih “untuk tidak memilih�. Ketiga, karena bujuk-rayu (money politics) atau intimidasi. Tetapi, apa pun juga pilihan yang kita ambil, ada satu hal yang harus selalu diingat.

C. Iman Dalam Kehidupan Politik
Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil dan makmur. Dengan Iman pula kehidupan ppolitik akan aman, semua masyarakat dan kompenen bangsa menggunaka etika (akhlak) isalm dalam kehidupan politik sehingga kehidupan politik-pun tenang tentram dan damai.

Dalam berpolitik Islam mempunyai kode etik yang tujuannya agar para poilitisi yang berpolitik benar-benar mewujudkan kemaslahatan umat, bukan sekedar mengejar kepentingan pribadi atau golongan. Diantaranya dalah :
 Berpolitiklah karena ingin mencari ridlo dari Allah. Jangan sekali-kali berpolitik demi kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
 Fikirlah segala tindak tanduk dalam berpolitik, apakah akan berdampak pada umat atau tidak.
 Bermusyawaralah setiap ada persoalan dan satu pihak tidak memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
 Saling kontrol-mengontrol denga bahasa yang baik dan mudah dipahami dan tidak menembak lawan politik dengan bahasa yang memanaskan suasana. Bila terpaksa harus mengadu argumen (mujadalah) dengan lawan politik lakukanlah dengan cara-cara yang baik, sopan dan tidak menghina lawan yang kalah dalam berargumen.
 Tidak terlalu mengkultuskan pimpinan, bersikaplah kritis apa yang benar dikatakan benar dan yang salah dikatakan salah.
 Dalam memberikan penilaian terhadap lawan politik harus proporsional. Bila lawan politik ada keberhasilannya harus diakui, tetapi apabila ada kegagalannya juga harus diungkapkan tetpai tidak sekali-kali melebih-lebihkan, dengan memandang kebaikannya saja atau keburukan-keburukannya saja.
 Tidak bersekutu untuk melakukan perbuatan kemaksiatan. Lebih baik berpindah dari kelompok jika kelompok yang ditempatin sudah mulai melenceng dari kebenaran.
 Setelah memperoleh kemenangan dalam berpolitik beristigfarlah dan bertasybihlah, jangan berlarut dari euphoria politik karena kemulian dan kekuasan hanya milik Allah SWT semata.

manifestasi imandalm berbagai kehidupan

A. Pengertian Iman
Iman sama dengan cinta yang sangat kepada allah.
Menurut bahasa ialah “percaya”,yaitu mempercayai ke-Esa-an Allah dengan segala sifat-sifatnya yang sempurna. Untuk memantapkan kepercayaan tersebut, perlu iman yang benar dan tauhid yang betul. Sesungguhnya iman bukanlah sekedar percaya saja, melainkan juga harus membuktikan dengan amal perbuatan tyang nyata.
Iman secara etimologis berasal dari kata aamana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan dgn hati diucapkan dgn lisan dan dibuktikan dgn amal perbuatan.”
Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah.
Syaikhul Islam menyatakan, “Pokok keimanan itu di dalam hati, dan Iman itu adalah ucapan hati dan amalannya yang ditetapkan dengan pembenaran, kecintaan dan ketundukan. Keimanan yang bersemayam di dalam hati harus menampakkan konsekuensi dan kebutuhannya terhadap anggota tubuh. Jika tidak melaksanakan konsekuensi dan kebutuhannya, menunjukkan ketiadaan atau kelemahan iman.
Prilaku orang-orang yang beriman dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
 Memiliki rasa persaudaraan yang besar antara sesama muslim, dan mendamaikan jika terjadi konflik diantaranya.
 Memiliki jiwa yang reformasi dan membangun. Selalu berusaha untuk berbuat yang baik-baik saja, serta berusaha memperbaiki apapun yang melenceng dari lingkungan sekitarnya dan tidak ada keinginan pada dirinya untuk berbuat sesuatu yang menyebabkan kerusakan.
 Orang yang beriman akan selalu menjaga perkataannya, tidak akan mengeluarkan perkataan-perkataan yang menimbulkan kekacauan dalam masyarakat, bila berdasarkan pengalaman perkataannya itu menimbulkan kekacauan, maka sebaiknya ia diam saja.
 Orang yang beriman tidak akan melakukan tindakan menyengsarakan (mendzalimi) orang lain.
 Orang yang beriman memiliki rasa solidaritas yang tinggi, sehingga dalam menghadapi segala permasalahan mereka akan saling bantu-membantu, bahagi-membahagiakan dan saling selamat-menyelamatkan.
Iman itu adalah sumber ketenangan dan kedamaian bagi setiap orang, kerana ia sejalan dengan fitrah dan seiring dengan tabiatnya. Ia adalah sumber kebahagiaan bagi masyarakat, kerana ia mengukuhkan ikatan-ikatan masyarakat, merapatkan tali kekeluargaan dan membersihkan perasaan-perasaan, dan dengan itu semua masyarakat meningkat menggapai kemuliaan (fadhilah). Dan fadhilah itu adalah nikmat kerelaan dalam segala hal, dalam kondisi lapang atau sempit, mudah atau sulit serta manis ataupun pahit.

Selasa, 03 Februari 2009

SEJARAH BIMA
Dari hasil penelitian sejarah, Kabupaten Bima berdiri pada tanggal 5 juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang diperingati setiap tahun.

Bukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di Dusun Padende Kecamatan Donggo menunjukan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia.

Dalam sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan Bangsa Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami Daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou Mbojo, Dou Donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai.
Disamping penduduk asli, juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Dalam sejarah Bima disebutkan bahwa kerajaan Bima dahulu terpecah-pecah dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing dipimpin oleh Ncuhi. Ada lima Nucuhi yang menguasai lima wilayah yaitu :
1. Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah
2. Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selata
3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat
4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara
5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur
Kelima Ncuhi ini hidup berdampingan secara damai, saling hormat menghormati dan selalu mengadakan musyawarah mufakat bila ada sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama. Dari kelima Ncuhi tersebut, yang bertindak selaku pemimpin dari Ncuhi lainnya adalah Ncuhi Dara.

Pada masa-masa berikutnya, para Ncuhi ini dipersatukan oleh seorang utusan yang berasal dari Jawa. Menurut legenda yang dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat Bima. Cikal bakal Kerajaan Bima adalah Maharaja Pandu Dewata yang mempunyai 5 orang putra yaitu :
1. Sang Darmawangsa
2. Sang Bima
3. Sang Arjuna
4. Sang Kula
5. Sang Dewa
Salah seorang dari lima bersaudara ini yakni Sang Bima berlayar ke arah timur dan mendarat disebuah pulau kecil disebelah utara Kecamatan Sanggar yang bernama Satonda.
Sang Bima inilah yang mempersatukan kelima Ncuhi dalam satu kerajaan yakni Kerajaan Bima, dan Sang Bima sebagai raja pertama bergelar Sangaji. Sejak saat itulah Bima menjadi sebuah kerajaan yang berdasarkan Hadat, dan saat itu pulalah Hadat Kerajaan Bima ditetapkan berlaku bagi seluruh rakyat tanpa kecuali. Hadat ini berlaku terus menerus dan mengalami perubahan pada masa pemerintahan raja Ma Wa’a Bilmana.

Setelah menanamkan sendi-sendi dasar pemerintahan berdasarkan Hadat, Sang Bima meninggalkan Kerajaan Bima menuju timur, tahta kerajaan selanjutnya diserahkan kepada Ncuhi Dara hingga putra Sang Bima yang bernama Indra Zamrud sebagai pewaris tahta datang kembali ke Bima pada abad XIV/ XV.
Beberapa perubahan Pemerintahan yang semula berdasarkan Hadat ketika pemerinyahan Raja Ma Wa’a Bimana adalah :
• Istilah Tureli Nggampo diganti dengan istilah Raja Bicara.
• Tahta Kerajaan yang seharusnya diduduki oleh garis lurus keturunan raja sempat diduduki oleh yang bukan garis lurus keturunan raja. Perubahan yang melanggar Hadat ini terjadi dengan diangkatnya adik kandung Raja Ma Wa’a Bilmana yaitu Manggampo Donggo yang menjabat Raja Bicara untuk menduduki tahta kerajaan. Pada saat pengukuhan Manggampo Donggo sebagai raja dilakukan dengan sumpah bahwa keturunannya tetap sebagai Raja sementara keturunan Raja Ma Wa’a Bilmana sebagai Raja Bicara.

Kebijaksanaan ini dilakukan Raja Ma Wa’a Bilmana karena keadaan rakyat pada saat itu sangat memprihatinkan, kemiskinan merajalela, perampokan dimana mana sehingga rakyat sangat menderita. Keadaan yang memprihatinkan ini hanya bisa di atasi oleh Raja Bicara. Akan tetapi karena berbagai kekacauan tersebut tidak mampu juga diatasi oleh Manggampo Donggo akhirnya tahta kerajaan kembali di ambil alih oleh Raja Ma Wa’a Bilmana.
Kira-kira pada awal abad ke XVI Kerajaan Bima mendapat pengaruh Islam dengan raja pertamanya Sultan Abdul Kahir yang penobatannya tanggal 5 Juli tahun 1640 M. Pada masa ini susunan dan penyelenggaraan pemerintahan disesuaikan dengan tata pemerintahan Kerajaan Goa yang memberi pengaruh besar terhadap masuknya Agama Islam di Bima. Gelar Ncuhi diganti menjadi Galarang (Kepala Desa). Struktur Pemerintahan diganti berdasarkan Majelis Hadat yang terdiri atas unsur Hadat, unsur Sara dan Majelis Hukum yang mengemban tugas pelaksanaan hukum Islam. Dalam penyelenggaraan pemerintahan ini Sultan dibantu Oleh :
1. Majelis Tureli ( Dewan Menteri ) yang terdiri dari Tureli Bolo, Woha, Belo, Sakuru, Parado dan Tureli Donggo yang dipimpin oleh Tureli Nggampo/ Raja Bicara.
2. Majelis Hadat yang dikepalai oleh Kepala Hadat yang bergelar Bumi Lumah Rasa NaE dibantu oleh Bumi Lumah Bolo. Majelis Hadat ini beranggotakan 12 orang dan merupakan wakil rakyat yang menggantikan hak Ncuhi untuk mengangkat/ melantik atau memberhentikan Sultan.
3. Majelis Agama dikepalai oleh seorang Qadhi ( Imam Kerajaan ) yang beranggotakan 4 orang Khotib Pusat yang dibantu oleh 17 orang Lebe Na’E.

Kabupaten Bima, di bagian paling timur Propinsi NTB, pernah menjadi sebuah kerajaan yang makmur dan berkuasa, berkat letaknya di tengah-tengah jalur perdagangan dari Malaka ke Maluku.

Sejak diislamkan oleh Makassar pada awal abad ke-17, Kerajaan Bima mulai mengembangkan sebuah kebudayaan baru yang berekspresi bahasa Melayu.
Bo' Sangaji Kai yang diedit dalam buku ini adalah kronik kerajaan tersebut yang ditulis di Istana Bima dari abad ke-17 sampai ke-19. Tujuan utamanya adalah merekam semua peristiwa penting dalam kehidupan negara; perang dan damai, silsilah raja-raja, upacara untuk para pembesar kerajaan, hubungan dengan beberapa kerajaan sekitarnya, urusan dagang, perjanjian dengan Kompeni Belanda, dan lain-lain.

Berbagai aspek lain dari masyarakat dan kebudayaan Bima ikut terekam pula, seperti perkembangan agama Islam, undang-undang, tata sosial, hukum tanah, pakaian kebesaran, dan lain sebagainya. Bo' Sangaji Kai merupakan sebuah dokumen yang luar biasa padat dan terperinci tentang kehidupan politik dan budaya sebuah kerajaan di bagian timur Indonesia pada masa Islam dan selama periode kolonial.

Senin, 19 Januari 2009

CHARACTER BUILDING
oleh:

Nama : Yan Yan Supriatman
NIM : 208011000037
Jrsn/Smstr :PAI/Satu. FITK non reguler
Mata kuliah :Character Building
Dosen : Nuraida

PENINGKATAN KAMAMPUAN UNTUK MEMBINA

1. Pengertian Membina
Menurut kamus bahasa Indonesia dijelaskan dari pada pengertian membina, yakni : membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna dan lain-lain).
Pembina adalah orang yangmembina, alat untuk membina. Pembinaan adalah proses pembuatan, cara membina.

2. Ciri-Ciri Membina
 kepemimpinan
 simpati dan empati
 komunikasi
 istiqomah atau teguh pendirian
 punya prinsip
 adil dan bijaksana
 istiqomah atau teguh pendirian
 punya prinsip
 bisa mengatur
 menghargai pendapat orang lain
 decision making yang efektif

3. Hal-Hal Yang Saya Coba Lakukan Dalam Pembinaan
 mengatur diri sendiri dan orang lain
 menghargai pendapat orang lain
 istiqomah atau teguh pendirian
 punya prinsip


TUGAS UAS CHARACTER BUILDING GURU PAI

Nama : Yan Yan Supriatman
NIM : 208011000037
Jrsn/Smstr :PAI/Satu. FITK non reguler
Mata kuliah :Character Building
Dosen : Nuraida

Pengaruh pelajaran Character Building Guru PAI bagi saya sendiri adalah supaya dalam mengajar (sudah jadi guru) nanti bisa mengajar dengan penuh keimanan supaya mendapatkan ridho dari Allah SWT. Dan dapat menearapkan pengajaran dengan cara yang religious dan islami. Serta dalam kehidupan sekarang bisa bergaul dengan pergaulan yang islami dan diridhoi oleh Allah SWT.
Pengertian karakter sendiri adalah usaha terus-menerus seorang individu/ kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir dan mengembangkan sifat-sifat kebaikan pada dirinya sendiri atau orang lain, serta dapat mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.


PENINGKATAN KETAKWAAN KEPADA ALLAH SWT

1. Pengertian Takwa
Menurut ahli harfiah, takwa berarti: hati-hati, ingat, mawas diri, dan waspasa. Takwa juga dapat berarti takut, yaitu takut kepada Allah, takut untuk melakukan segala yang dilarangNya.
Takwa adalah menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarangNya.

2. Ciri-Ciri Ketakwaan
 Beriman kepada Allah SWT
 Mendirikan shalat 5 waktu sehari semalam
 Mengerjakan shalat sunnah
 Puasa pada bulan ramadhan dan puasa sunnah lainnya
 Mengeluarkan zakat, fidyah, sodaqoh, infaq dan sejenisnya
 Melaksanakan haji apabila mampu
 Bisa dan faseh dalam membaca al-Qur’an
 Sebisa mungkin menghafal surat dan ayat-ayat al-Qur’an
 Dapat memahami dan mengamalkan isi serta kandungan al-Qur’an
 Bergaul dengan cara islami
 Selalu sabar dan ikhlas dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah
 Selalu berkata jujur
 Selalu mengingat Allah dimanapun dia berada
 Tawakal kepada Allah
 Menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan yang maksiat
 Dan banyak lagi yang lainnya.

3. Saya Mencoba Memperaktekan Takwa
 Mengerjakan shalat dengan cara berjamaah
 Mengahafal ayat/hadits
 Membaca al-Qur’an dengan ilmu naghom
 Beramal,infaq, shodaqoh dan sejenisnya
 Puasa sunnah
 Menghafal do’a-do’a
 Shalat sunnah duha dan tahajut

4. Pengaruh Program Takwa Bagi Saya
 Menambah keimanan kepada Allah SWT
 Meningkatkan ibadah kepada Allah
 Dapat menghargai dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya
 Bisa maenjaga pergaulan
 Bisa mengahargai orang lain
 Dapat menghindari dan menjauhkan diri dari hal-hal yang negatif
 Berbakti kepada orang tua


5. Ayat Tentang Ketakwaan
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Al - Imran:102)


PENINGKATAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN

1. Pengertian Kepribadian
Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam individu yang mencangkup system psikofisis yang menentukan penyusuaian diri yang unik terhadap dirinya.

2. Ciri-Ciri Kematangan Kepribadian
Ciri-ciri seorang guru yang memiliki kematangan kepribadian
Bahwa di dalam buku peraturan Menteri Pendidikan Nasional no : 16 tahun 2007 telah dijelaskan bahwa guru yang memiliki kematangan kepribadian ialah mampu bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, serta guru tersebut memiliki konsistenitas dalam melaksanakan tugas dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, guru harus jujur tegas dan manusiawi, menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri, menjunjung tinggi kode etik profesi guru
 Perluasan perasaan diri
 Hubungan uang hangat dengan orang lain
 Keamanan emosional
 Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif
 Keterampilan dan tugas-tugas
 Pemahaman diri
 Filsafat hidup yang mempersatukan

3. Saya Mencoba Memperaktekan Kepribadian
 Sabar
 Jujur
 Selalu optimis
 Selalu akur dengan teman
 Bertanggungjawab
 Merendahkan diri
 Tidak sombong
 Menghargai orang lain

4. Pengaruh Program Kematangan Kepribadian Bagi Saya
 Bisa hidup sederhana
 Dapat menerima perbedaan dalam lingkungan hidup
 Bisa perduli dengan orang lain
 Menghargai dan tidak maengganggu hak orang lain
 Tidak gampamg menyerah

5. Ayat Tentang Kepribadian
وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتُشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجُُ مُطَهَّرَةُُ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan:"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. 2:25)


PENINGKATAN KEMATANGAN INTELEKTUAL

1. Pengertian Intelektual
a. Intelektual adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri kepada pengembangan gagasan orisinal dan terlibat dalam usaha-usaha intelektual kreatif.
b. Intelektual adalah orang yang terpilih dalam masyarakat yang sering menggunakan syimbol-simbol yang bersifat umum dan rujukan abstrak tentang kehidupan manusia.

2. Ciri-Ciri Kematangan Intelektual
 Rajin membaca
 Diskusi
 Meneliti
 Menuliskan kembali
 Buka internet
 Korespondensi
 Ikut kajian
 Ikut seminar

3. Hal-Hal Yang Saya Coba Lakukan Untuk Meningkatkan Kematangan Intelektual
 Ikut seminar
1. seminar pendidikan
2. seminar nasional
 Ikut kajian
 Menulis kembali
 Membuka internet
 Membaca
1. sejarah
2. majalah/koran
3. hadits
 Dikusi
 Belajar pada kesalahan

4. Pengaruh Program Peningkatan Intelektual Bagi Saya
 Membiasakan diri dalam membaca
 Menambah ilmu dan pengetahuan
 Tidak takut dalam mengeluarkan pendapat dan argument
 Selalu berfikir dalam mengerjakan sesuatu
 Terbiasa dengan perbedaan pendapat yang terjadi dalam diskusi
 Menambah kepercayaan diri

5. Ayat Tentang Intelektual

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:"Berlapang-lapanglah dalam majlis", lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.Dan apabila dikatakan:"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS.Al - mujaddalah:11)


PENINGKATAN KAMAMPUAN UNTUK MEMBINA

1. Pengertian Membina
Menurut kamus bahasa Indonesia dijelaskan dari pada pengertian membina, yakni : membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna dan lain-lain).
Pembina adalah orang yangmembina, alat untuk membina. Pembinaan adalah proses pembuatan, cara membina.

2. Ciri-Ciri Membina
 Kepemimpinan
 Simpati dan empati
 Komunikasi
 Tenang dalam menghadapi masalah
 Istiqomah atau teguh pendirian
 Punya prinsip
 Adil dan bijaksana
 Istiqomah atau teguh pendirian
 Punya prinsip
 Bisa mengatur
 Menghargai pendapat orang lain
 Decision making yang efektif

3. Hal-Hal Yang Saya Coba Lakukan Dalam Pembinaan
 Mengatur diri sendiri dan orang lain
 Menghargai pendapat orang lain
 Istiqomah atau teguh pendirian
 Punya prinsip
 Istiqomah atau teguh pendirian
 Simpati dan empati
 Adil

4. Pengaruh Program Kemampuan Membina Bagi Saya
 Bisa belajar tentang apa itu kebijaksanaan dan keadilan
 Melatih pendirian
 Bisa mengatur
 Bisa memikirkan betapa susahnya jadi seorang pemmimpin
 Agar bisa menjadi seorang pemimpin yang baik

5. Ayat Tentang Pembina

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلُُ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَل
فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَك
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau". Rabbberfirman:"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS .Al - Bakarah:30)

Rabu, 14 Januari 2009

SOSIAL KEAGAMAAN

Masyarakat Bima adalah masyarakat yang religius. Mayoritas penduduk Kota Bima memeluk agama Islam. Secara historis, Bima dulu merupakan salah satu pusat perkembangan Islam di Nusantara yang di tandai oleh tegak kokohnya sebuah kesultanan yaitu kesultanan Bima. Islam tidak saja bersifat elitis, hanya terdapat pada peraturan-peraturan formal-normatif serta pada segelintir orang saja melainkan juga populis, menjadi urat nadi dan darah daging masyarakat, artinya juga telah menjadi kultur masyarakat Bima.

Indikasinya jelas terlihat pada kepenganutan yang taat terhadap Islam. Budaya rimpu (berjilbab dengan sarung, menutup kepala dan muka) telah menjadi warisan kultural yang amat berharga bagi masyarakat. Budaya rimpu jelas merupakan ejawantah salah satu ajaran Islam tentang etika sosial dan hubungan manusia, khususnya dalam hal etika berbusana. Rimpu adalah kreatifitas budaya masyarakat Bima yang disemangati oleh nilai-nilai ajaran agama.

Demikian pula tradisi ngaji karo'a(membaca al-Qur'an). Sedemikian mentradisinya ngaji karo'a ini sehingga menjadi prasyarat bagi dianggap dewasanya seseorang. Ia menjadi semacam persyaratan konvensional yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam hal menikah, mencari pekerjaan, serta hal-hal lain yang menuntut sifat kedewasaan. Lebih dari itu, festival ngaji karo'a (MTQ) adalah even rutin tahunan yang di mata masyarakat sangat tinggi wibawanya, dan karenanya menjadi semacam hiburan rakyat yang sangat mempesonakan. Sang juara ngaji karo'a adalah orang yang sangat tinggi martabatnya di mata masyarakat, ngaji karo'a menjadi institusi sosial yang besar peranannya dalam pendidikan masyarakat, tidak saja pendidikan agama, melainkan juga pendidikan dalam pengertian yang umum, yakni pendewasaan pribadi dalam masyarakat, ngaji karo'a merupakan barometer moralitas pribadi dan masyarakat.

Even-even budaya juga tidak lepas dari semangat agama. Perayaan U'a Pua misalnya, adalah salah satu even tahunan yang sangat menonjol yang didasari dan disemangati ajaran Islam. Event ini memberi gambaran (semacam show force) bahwa Islam pernah besar dan jaya di Bumi Maja Labo Dahu.

Sekarang kita sudah jarang menemukan wanita-wanita Bima yang bepergian dan keluar rumah ber-rimpu seperti dulu. Yang marak adalah gadis-gadis dengan kepala telanjang, tanpa penutup, dengan rambut sebahu. Kita mulai jarang mendengar riuh rendahnya sahut-sahutan suara ngaji di lorong-lorong kampung, terutama selepas magrib.

Dulu, dengan sentuhan keagamaan yang kuat, kehidupan masyarakat terasa tenteram, meskipun tidak mesti harus berlimpah.

Sekarang ini cenderung mudah terjadi kerusuhan antar kampung, kriminalitas, sadisme, hedonisme, anak-anak muda yang resah dan menyerahkan persoalan mereka kepada narkoba, miras, dan kupon putih, adalah hanya sebagian kecil saja dari sekian banyak kenyataan yang ada sekarang ini. Menurut banyak orang, semua persoalan ini adalah bagian dari akibat ditinggalkannya Agama oleh umat dan Masyarakat.

Dengan pendampingan yang intens dari sosok pemerintah yang berkomitmen Islam tinggi, Masyarakat Bima akan mampu berupaya mengurangi persoalan kekinian dari titik tolak agama. Disamping itu, agama juga akan menjadi energi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Pilihan agama ini bukan semata-mata karena suatu kebuntuan, melainkan sebagai wujud dari pengakuan dan kerinduan akan warisan lama yang luhur. Kita semua tampaknya bersepakat untuk menghidupkan tradisi dan nilai-nilai lama yang baik itu, tetapi tidak secara membabi buta, melainkan dengan modifikasi dan kreatifitas sesuai dengan alur kekinian.

Otonomi daerah merupakan momentum untuk mengaktualisasikan potensi dan keunikan lokal dalam rangka pembangunan masyarakat. Momentum itu didukung lagi oleh komitmen dan gairah masyarakat dan pemerintah akan perubahan masyarakat ke arah yang lebih maju dan lebih religius.

pariwisata bima


Secara historis Kota Bima merupakan pusat Kesultanan Bima dimasa lampau. Dengan warisan kekayaan budaya yang dimiliki, Kota Bima dapat mengembangkan wisata budaya dengan kebudayaan Islam sebagai basisnya. Asi Mbojo (istana kesultanan), kuburan raja-raja dan para wali, permainan dan kesenian rakyat serta upacara keagamaan seperti perayaan maulud, U'a pua, dan prosesi pelantikan raja, dan lain-lain merupakan obyek dan event yang sangat menarik. Wisata alam dan bahari juga bisa dikembangkan. Kawasan pesisir dari Pantai Lawata sampai pintu gerbang Kota Bima bisa dikembangkan sebagai pusat perhotelan dan perdagangan souvenir. Taman Kota juga bisa diciptakan sebagai alternatif bagi wisatawan domestik.

Pariwisata cukup potensial dikembangkan di wilayah ini terutama pariwisata alam meliputi Pantai Lawata, Pantai Ule, Pantai Kolo, Pulau Kambing; dan pariwisata budaya meliputi museum Asi Mbojo, kuburan Tolobali, bukit Danatraha (kompleks makam Kesultanan Bima), Benteng Asakota. Hal ini didukung pula oleh berbagai usaha jasa dan produk wisata yang cukup baik seperti usaha perhotelan, biro perjalanan wisata, dan souvenir berupa tenun ikat, songket, sarung dan lain-lain.

Pengembangan sektor pariwisata tersebut perlu mendapat dukungan sarana dan prasana yang memadai. Karena itu, harus dilakukan terlebih dahulu penataan sarana transportasi yang menghubungkan sentra produksi dengan konsumen, sarana telekomunikasi yang baik, perdagangan, serta fasilitas perhotelan yang memadai.